Langsung ke konten utama

Dimana dan Kenapa Mahasiswa Pertanian?

Petani ditangkap

Dengan Nama Tuhan yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Hidup Pertanian Indonesia!

Mahasiswa pada hakekatnya adalah penyambung lidah rakyat. Sudah menjadi marwahnya mahasiswa membela kaum tertindas, seperti petani dan buruh. Mahasiswa menjadi garda terdepan dalam menerima aspirasi dari masyarakat dan menjadi garda terdepan pula dalam menyampaikan aspirasi tersebut kepada pemerintah. Namun, sampai saat ini dimana dan kenapa mahasiswa pertanian?

Ketika lahan pertanian dan wilayah pertanian diambil atau bahkan direbut paksa oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan tidak memiliki kesadaran bahwa sumber pangan mereka dari pertanian, dimana mahasiswa pertanian? Ketika para petani berjibaku mempertahankan sawah dan ladangnya sampai-sampai menerima kekerasan fisik dan mental, dimana mahasiswa pertanian?

Kawan-kawan ingat pada November 2016, ketika aparat keamanan yang terdiri dari Kepolisian dan TNI menggusur secara paksa lahan petani di Langkat, Sumatera Utara. Dalam kejadian tersebut 13 petani mengalami luka ringan sampai berat.

Kawan-kawan ingat pada November 2016, ketika ribuan aparat keamanan menyerbu Desa Sukamulya, Jawa Barat. Petani tidak meminta hal yang neko-neko, mereka menolak pembangunan BIJB yang notabenenya secara urgensi sangat-sangat kurang. Penolakan tersebut menyebabkan 6 warga ditangkap oleh Polda sekitar.

Kawan-kawan ingat kasus petani Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen sejak 2014 hingga saat ini, dalam aksi di Jakarta telah melayang satu nyawa seorang pejuang perempuan, Almh. Ibu Patmi.

Kawan-kawan ingat kasus kriminalisasi 3 petani Surokonto yang dihukum 8 tahun penjara dan denda 10 Miliar akibat ingin mempertahankan sawah dan lahannya agar tidak dikomersialisasikan.

Dan yang terbaru kawan-kawan, kasus kekerasan petani di Luwu yang konflik dengan pihak Universitas Andi Djemma, petani diseret petugas karena mempertahankan sawah mereka yang hendak panen. Bahkan petani dan anak dibawah umur ikut membuat pagar betis demi mempertahankan lahan mereka yang hendak panen.

Masih banyak lagi konflik agraria dan kekerasan terhadap petani kita, seakan pemerintah tidak lagi merasa betapa pentingnya sektor pertanian. Ketika pembangunan industri lebih penting daripada ketahanan pangan negeri sendiri, ini lah yang terjadi penggusuran lahan pertanian dimana-mana.

Percayalah kawan, ketika kita berbicara tentang pertanian, kita berbicara tentang hidup mati bangsa, bukan hanya soal lahan, hama, penyakit, tanaman, bukan itu, pertanian adalah jantung dari sebuah bangsa, kawan. Ubahlah stigma bahwa petani itu miskin, petani itu sengsara, ubah kawan, ubah! Bertani adalah kaya, bertani adalah makmur.

Jika kita saja yang menjadi Mahasiswa Pertanian tidak bangga dengan pertaniannya, enggan turun bersama petani membela ladangnya, enggan membersamai petani mempertahankan sawahnya, jangan sekali-sekali kalian memakai nama Mahasiswa Pertanian!

Ayolah, kawan mahasiswa khususnya mahasiswa pertanian, hentikan dan cukupkan retorikamu, pahami dan sadari bahwa kita adalah pelopor pembangunan Indonesia, garda terdepan dalam pengembangan ekonomi Indonesia. Ingatlah kawan, satu-satunya negara yang tidak akan terguncang oleh perekonomian dunia adalah negara agraris!

"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan "
- Tan Malaka -


Oleh: Sena Rizki Triyudanto, Mahasiswa Pertanian.



Sumber:
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/19/078821601/aparat-keamanan-gusur-paksa-lahan-petani-di-langkat
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161118085655-20-173482/detik-detik-ribuan-aparat-serbu-petani-majalengka/
http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/16/kpa-kecam-kekerasan-terhadap-petani-rembang-penolak-pembangunan-pabrik-semen
https://radarsemarang.com/2017/03/24/minta-tiga-sesepuh-petani-tak-ditahan/
https://daerah.sindonews.com/read/1202532/192/pertahankan-sawah-yang-hendak-panen-petani-di-luwu-diseret-petugas-1493901457

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVOLUSI PERTANIAN, REVOLUSI INDUSTRI DAN MASA DEPAN PETANI

Ilustrasi Hingga abad 18, semua petani di belahan bumi ini masih menggunakan pertanian alami. Revolusi industri yang terjadi di Eropa telah mengubah wajah dunia menjadi serba cepat, massal dan global. Merkantilisme yang bergerak diawal abad 16 yang ditandai dengan penjelajahan samudera dan benua baru oleh bangsa eropa semakin menemukan pasangannya setelah revolusi industri pecah di prancis dan inggris. Pelan-pelan merkantilisme berubah menjadi kolonialisme di bumi Asia, Afrika dan amerika latin. Pengenalan berbagai macam tanaman perkebunan untuk kepentingan eropa dikembangkan secara besar-besaran di negeri jajahan , termasuk Indonesia. Orientasi pertanian berubah dari upaya memenuhi kebutuhan pangan domestik menjadi kebutuhan ekspor. Perlahan tapi pasti, rakyat dipaksa untuk membuka hutan menjadi perkebunan teh, karet, kina, kopi, kakau dan lainnya. pemanfaatan lahan untuk perkebunan semakin menjauhkan petani terhadap jenis tanaman pangan untuk kebutuhan keluarga. Pada situasi ini

PENDIDIKAN TINGGI, MIMPI ANAK PETANI MELARAT

Anak Desa Oleh : Boyan Pendidikan yang membumi merupakan pendidikan yang dialogis. Pendidikan yang membumi ini melihat antara teks (teori) pendidikan dengan konteks (realitas social). Di desa kecil di sebuah kawasan Jawa Tengah ada sebuah tipe sekolah menarik, pendidikan untuk anak petani. Dengan cita-cita utama mewujudkan sebuah system pendidikan yang berguna bagi kehidupan. Pendidikan anak petani merupakan pendidikan pemberontakan. Sebuah bentuk pendidikan yang lain dari apa yang kita saksikan selama ini. Dimana pendidikan hanya mengajarkan bagaimana seseorang tergantung pada universitas (SMA) dan tekhnologi (SMK). Pendidikan alternative membetot segala silang sengkarut pendidikan yang selama ini hanya bagus di teks (KTSP) tanpa melihat situasi riil yang dihadapi masyarakat. Model pendidikan alternative hadir dari kebutuhan masyarakat yang butuh kelanjutan. Melanjutkan generasi tani yang hamper mati akibat hilangnya potensi desa karena ditinggal sebagian terbesar tenaga ke

KONSEP REFORMA AGRARIA DIPERTANYAKAN

Tanah Untuk Rakyat Konsep reforma agraria yang kini diusung pemerintah untuk menjalankan kebijakan pemerataan, dipertanyakan. Sebab tidak mencakup syarat baku reforma agraria sebagaimana dilakukan di sejumlah negara. Direktur Eksekutif Sajogyo Institute Eko Cahyono di Bogor, Rabu (15/2), menyatakan, reforma agraria merupakan konsep yang sudah baku. Reforma agraria mensyaratkan minimal empat faktor, yakni restrukturisasi dari ketimpangan struktur agraria, penyelesaian konflik-konflik agraria, cakupan lintas sektoral, dan ditujukan untuk petani miskin dan kelompok masyarakat tak bertanah. Sehingga dari penjelasan pemerintah, konsep reforma agraria yang dianut, hanyalah kebijakan agraria dan bukan reforma agraria yang sesungguhnya. Alasannya, kebijakan yang digagas pemerintah tidak benar-benar merombak struktur agraria, tetapi lebih banyak soal sertifikasi lahan. ”Kebijakan agraria yang direncanakan pemerintah memang positif. Tapi tolong jangan menggunakan istilah kebijakan reforma ag