Langsung ke konten utama

PANDANGAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA

Gambar Ilustrasi
Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ini dilakukan melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi, dan menunjang pembangunan wilayah.


Untuk mencapai pembangunan dan kemajuan sector pertanian itu dilakukan berbagai usaha dengan cara intensif, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian. Usaha-usaha ini dilaksanakan dengan melalui perencanaan dan penyelenggaraan yang secara terpadu dan disesuaikan dengan kondisi tanah, air, iklim, pola tata ruang, uapaya pelestarian lingkungan hidup, pembangunan sector lain, serta kehidupan dan kebutuhan masyarakat setempat. Usaha tersebut juga dikembangkan dengan memperhatikan dan didukung sepenuhnya oleh peran serta aktif para petani.


Khusus mengenai pembangunan pertanian tanaman pangan di Negara-negara berkembang pada umumnya diupayakan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan pangan. Peningkatan produksi tanaman pangan dilaksanakan antara lain melalui peningkatan produktivitas usaha tani, perluasan lahan pertanian serta peningkatan pemanfaatan lahan kering pekarangan dan rawa dengan didukung oleh peningkatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana yang makin memadai, penanganan pascapanen yang makin efisien dan kebijakan harga yang sesuai.


Apabila pembangunan ekonomi ditujukan pada sector pertanian dan untuk meningkatkan kesempatan kerja di sana, maka ada tiga factor komplementer dasar yang perlu diperhatikan, yaitu hal-hal yang berikut ini :


a.    Kenaikan produksi pertanian yang cepat dilakukan melalui perubahan teknologi kelembagaan dan insentif harga sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari para petani.


b.    Meningkatkan permintaan dalam negeri terhadap produksi pertanian dimana pembangunan diperkotaan yang menyerap banyak tenaga kerja akan dapat meningkatkan permintaan akan hasil-hasil pertanian.


Meluaskan bidang kegiatan bukan pertanian yang padat karya yang bersifat suplementer dan komplementer sehingga dapat membantu usaha dan kehidupan masyarakat petani.


Sedangkan apabila pembangunan ekonomi ditujukan pada sektor pertanian serta ruang lingkup keluasan lahan sektor pertanian itu sendiri bisa dimulai dari para petani atau pemilik lahan-lahan pertanian. Para pemilik lahan pertanian harus memiliki kesadaran bahwa sektor pertanian itu sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa sera kemajuannya dalam sektor pertanian itu sendiri. Disamping itu, pada umumnya bagian terbesar Produk Domestik Brutonya (PDB) di Negara berkembang adalah berasal dari sektor pertanian.


Selain itu, pemilik lahan juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada atau yang sedang berkembang saat ini. Karena apabila tidak ada keesuaian dalam perkembangan teknologi, maka akan terjadi ketertinggalan dalam proses pengolahan lahan pertanian.


Untuk mempertahankan keluasan lahan sektor pertanian, dengan dua hal di atas belum cukup, masih harus ada kesadaran dari pemerintah daerah maupun pusat dalam pengelolaan lahan pertanian untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian. Hal ini bisa dengan pemberian bantuan subsidi dalam bentuk bibit ataupun pupuk untuk menunjang kelangsungan pengolahan lahan pertanian.

Sumber: http://linguasphereus.blogspot.co.id/2011/05/pandangan-masa-depan-pertanian.html?m=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVOLUSI PERTANIAN, REVOLUSI INDUSTRI DAN MASA DEPAN PETANI

Ilustrasi Hingga abad 18, semua petani di belahan bumi ini masih menggunakan pertanian alami. Revolusi industri yang terjadi di Eropa telah mengubah wajah dunia menjadi serba cepat, massal dan global. Merkantilisme yang bergerak diawal abad 16 yang ditandai dengan penjelajahan samudera dan benua baru oleh bangsa eropa semakin menemukan pasangannya setelah revolusi industri pecah di prancis dan inggris. Pelan-pelan merkantilisme berubah menjadi kolonialisme di bumi Asia, Afrika dan amerika latin. Pengenalan berbagai macam tanaman perkebunan untuk kepentingan eropa dikembangkan secara besar-besaran di negeri jajahan , termasuk Indonesia. Orientasi pertanian berubah dari upaya memenuhi kebutuhan pangan domestik menjadi kebutuhan ekspor. Perlahan tapi pasti, rakyat dipaksa untuk membuka hutan menjadi perkebunan teh, karet, kina, kopi, kakau dan lainnya. pemanfaatan lahan untuk perkebunan semakin menjauhkan petani terhadap jenis tanaman pangan untuk kebutuhan keluarga. Pada situasi ini

PENDIDIKAN TINGGI, MIMPI ANAK PETANI MELARAT

Anak Desa Oleh : Boyan Pendidikan yang membumi merupakan pendidikan yang dialogis. Pendidikan yang membumi ini melihat antara teks (teori) pendidikan dengan konteks (realitas social). Di desa kecil di sebuah kawasan Jawa Tengah ada sebuah tipe sekolah menarik, pendidikan untuk anak petani. Dengan cita-cita utama mewujudkan sebuah system pendidikan yang berguna bagi kehidupan. Pendidikan anak petani merupakan pendidikan pemberontakan. Sebuah bentuk pendidikan yang lain dari apa yang kita saksikan selama ini. Dimana pendidikan hanya mengajarkan bagaimana seseorang tergantung pada universitas (SMA) dan tekhnologi (SMK). Pendidikan alternative membetot segala silang sengkarut pendidikan yang selama ini hanya bagus di teks (KTSP) tanpa melihat situasi riil yang dihadapi masyarakat. Model pendidikan alternative hadir dari kebutuhan masyarakat yang butuh kelanjutan. Melanjutkan generasi tani yang hamper mati akibat hilangnya potensi desa karena ditinggal sebagian terbesar tenaga ke

KONSEP REFORMA AGRARIA DIPERTANYAKAN

Tanah Untuk Rakyat Konsep reforma agraria yang kini diusung pemerintah untuk menjalankan kebijakan pemerataan, dipertanyakan. Sebab tidak mencakup syarat baku reforma agraria sebagaimana dilakukan di sejumlah negara. Direktur Eksekutif Sajogyo Institute Eko Cahyono di Bogor, Rabu (15/2), menyatakan, reforma agraria merupakan konsep yang sudah baku. Reforma agraria mensyaratkan minimal empat faktor, yakni restrukturisasi dari ketimpangan struktur agraria, penyelesaian konflik-konflik agraria, cakupan lintas sektoral, dan ditujukan untuk petani miskin dan kelompok masyarakat tak bertanah. Sehingga dari penjelasan pemerintah, konsep reforma agraria yang dianut, hanyalah kebijakan agraria dan bukan reforma agraria yang sesungguhnya. Alasannya, kebijakan yang digagas pemerintah tidak benar-benar merombak struktur agraria, tetapi lebih banyak soal sertifikasi lahan. ”Kebijakan agraria yang direncanakan pemerintah memang positif. Tapi tolong jangan menggunakan istilah kebijakan reforma ag